Jumat, 25 Januari 2008

Kepastian Keselamatan


Di samping ini ada sebuah foto pohon zikamor di kota Yerikho menurut Moze Naor, seorang pemandu wisata di Israel adalah pohon yang disebut dalam Injil Lukas sebagai pohon ara yang pernah dipanjat oleh Zakeus, sehingga mengingatkan saya tentang kisah pertobatan yang radikal dari seorang pendosa, pemungut cukai. Ia dianggap pengkianat bangsanya karena mau mengabdi kepada pemerintah Romawi, dan dianggap orang paling berdosa karena pemungut cukai identik dengan koruptor dan pemeras rakyat. Tetapi ketika berjumpa dengan Yesus Kristus ia bertobat dan ddiselamatkan. Sederhana dan mendalam. Maka kesempatan ini saya ingin membahas soal keselamatan yang sederhana, tetapi seiring dengan perkembangan zaman menjadi begitu rumit.
Perdebatan tentang keselamatan (soteriologis) antara paham Calvinisme dan Armenianisme seolah tidak bisa dijembatani. Sebetulnya dua paham ini merupakan turunan dari dua ekstrim yang sudah timbul sejak zaman gereja mula-mula, pada era pelayanan Yakobus dan Paulus. Perdebatan ini sekarang kurang populer, tetapi di beberapa diskusi kelas keselamatan, pengajar acap kali tidak berani memberi jawaban tegas, karena bisa berbenturan dengan doktrinal gereja lokal atau alasan lain.

Ekstrim pertama ialah paham Yudaisme yang sangat legalistik. “Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan (Kis 15:1). Menurut persepsi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi : orang harus memenuhi hukum Taurat supaya diselamatkan. Ajaran sesat ini dalam gereja yang mula-mula telah dikoreksi oleh Paulus, antara lain : Roma 3:20; 23-24; 27-28. Kecenderungan pandangan ini legalistik dan terus berkembang seiring dengan perkembangan gereja di dunia. Mulai dari berkembangnya Yahudi Kristen seperti dilaporkan oleh Paulus dalam surat Galatia, kemudian dikembangkan oleh Gereja Roma Katolik. Sejak abad 15 memang mengalami koreksi secara radikal sejak munculnya Protestan oleh Martin Luther. Tetapi kemudian ada banyak aliran Restorationism secara ekstrim mengukuhkan legalisme dalam doktrin gereja mereka. Karena kelompok Restorationism merasa bahwa semua aliran yang ada seperti; Katolik, Protestan, Ortodoks, Pentakosta dan Karismatik tidak benar, maka kelompok ini memprakarsai lahirnya banyak aliran, seperti : Mormon, Jehovah’s Witness, Churches of Christ, Disciples of Christ, Seventh-day Advent, 3rd Wave Charismatics.

Ekstrim ke-dua ialah paham Antinomianisme (Yun. Anti = melawan dan nomos = hukum), yaitu paham yang melawan hukum. Karena orang Kristen telah diselamatkan hanya karena anugerah Yesus Kristus, maka mereka tidak perlu taat kepada hukum-hukum; ekstrim ini dikoreksi oleh Yakobus (Yak 2:22).

Kalau demikian , apakah Paulus bertentangan dengan Yakobus? Sekali-kali tidak!
Paulus (dalam Roma dan Galatia) : Manusia yang berdosa di hadapan Allah!
Yakobus (dalam surat Yakobus) : Manusia yang sudah ditebus di hadapan sesama manusia.

Penerus paham ini mulai dari Protestan oleh Martin Luther melalui doktrin dasar, yaitu: Sola Gratia, Sola Fide, Sola Scriptura, Solus Cristus, Soli Deo Gloria (Keselamatan diperoleh hanya melalui anugerah, iman, Alkitab otoritas tertinggi-satu-satunya sumber doktrin, Kristus satu-satunya jalan menuju keselamatan, dan kemuliaan hanya bagi Allah). Kemudian Jhon Calvin menjadi penerus yang gigih dalam memegang kaidah tersebut. Namun dalam perkembangannya timbul perbedaan pandangan sehingga lahir dua kelompok, yaitu Traditional Calvinism dan Non-Traditional Calvinism.

1) Traditional Calvinism (Preserverance of the Saints), dalam perkembangannya melahirkan gereja Reformed, Anglican, Lutheran, Mennonite, Presbyterian, Reform Baptist, dan United Methodist. Mereka mendefinisikan doktrinnya: Orang yang lahir kembali (regeneration- justification) secara otomatis langsung masuk ke dalam proses pengudusan (santification). Kalau orang tersebut tidak masuk ke dalam proses santification, orang tersebut dipertanyakan kelahiran barunya. Traditional Calvinisme berpendapat bahwa orang yang hidup dalam daging sebagai golongan Antinomianisme.

2) Non-Traditional Calvinism (Once Saved Always Saved), dalam perkembangannya melahirkan aliran Injili dan Baptist. Mereka mendefinisikan doktrinnya: Tuhan sendiri yang melakukan regeneration (melahirkan kembali), manusia tidak ambil bagian dalam proses tersebut, kecuali menerima saja. Oleh karena itu mereka percaya bahwa manusia tidak bisa membatalkan apa yang Tuhan sudah lakukan, sekalipun ketika mereka menolak keberadaan Tuhan. Antinomianisme murni (sekali selamat tetap selamat).

Dua pandangan Calvinisme tersebut mempercayai adanya perlindungan terhadap orang-orang kudus. Hanya saja Traditional Calvinism cenderung mengatakan; “Tuhan bekerja dalam diri orang yang sudah lahir baru lewat santification.” Sementara Non-Traditional Calvinism mengatakan; “Kalau Tuhan sudah pilih tidak ada apapun yang dapat dilakukan manusia yang dapat menyebabkannya.

Jacobus Arminius adalah seorang generasi ke-dua setelah Jhon Calvin berpendirian bahwa keselamatan itu kondisional (Conditional Preserverance of the Saints). Selama orang itu percaya yang dibuktikan dengan ketaatan, keselamatan tetap ada dan tetap berlaku bagi yang bersangkutan. Dalam sistem kepercayaan Armenian; iman dan percaya adalah kondisi masuk ke dalam Kerajaan Allah, sedangkan ke-tidak-percayaan (bukan kurangnya perbuatan baik) adalah kondisi untuk keluar dari Kerajaan Allah. Dalam perkembangannya pandangan ini melahirkan banyak aliran, antara lain: Arminian, Free Will Baptist, General Baptist, Chruch of the Nazarene, Methodist, Pentecostals, Charismatics.

METODE INTERPRETASI
Pandangan-pandangan yang berbeda disebabkan karena metode interpretasi yang berbeda.
Secara induktif, yaitu metode penafsiran Alkitab tanpa membubuhkan ide lebih dulu (melakukan exsgesa) berpegang pada kaidah hermeunetik konservatif dengan analisis literal-normat, gramatikal, kontekstual, dan historikal terhadap ayat firman Tuhan.
Secara deduktif, yaitu menafsirkan Alkitab dengan cara memasukkan gagasan ke dalam isi firman Tuhan (melakukan eisegese), bahwa si penafsir sudah punya pandangan awal, sehingga hasil penafsirannya tidak jauh, bahkan disesuaikan dengan gagasan sendiri. Ini berarti si penafsir sudah memiliki kesimpulan lebih dalu sebelum menafsir.

Supaya kita tidak terjebak kepada kedua ekstrim Yudaisme maupun Antinomiasnisme, maka kita harus menggunakan metode penafsiran induktif, yang jujur paling kurang dengan analisis literal-normat, gramatikal, maupun kontekstual terhadap beberapa ayat firman Tuhan yang ditafsir.

TIGA DIMENSI KESELAMATAN
Sebagai contoh obyektif mari kita menganalisis surat Roma, supaya kita tidak gamang dalam membuat kesimpulan, apakah keselamatan itu bersifat tetap/kekal atau sebagai kondisional, bisa tetap dan bisa hilang jika si pemilik tidak menjaganya.

Secara soteriologis (dilihat dari sudut ajaran keselamatan), Roma 8 adalah sebuah pasal yang agung. Kalau diperhatikan sistematika surat Roma :

Pasal 1-8 doktrinal
Pasal 9-11 dispensasional
Pasal 12-16 praktikal

Khusus Roma 8 yang merupakan puncak dari bagian doktrinal itu merangkumkan, bahwa keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus mencakup dimensi yang lengkap dalam hidup kita :

Dimensi masa lampau : pembenaran
Dimensi masa sekarang : pengudusan
Dimensi masa yang akan datang s.d. kekekalan : pemuliaan

1. PEMBENARAN (JUSTFICATION)
Pembenaran disebut dimensi posisional dalam keselamatan. Artinya secara posisi orang percaya sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yoh 5:24), dari anak iblis menjadi anak Allah (Yoh 8:44 ; Yoh 1:12). Dalam dimensi ini kita DIBEBASKAN DARI KUTUK DOSA. Kita dipilih-Nya (Allah) bahkan sebelum dunia dijadikan (Ef 1:3-4). Ingat “di dalam Dia” (di dalam Yesus Kristus). Inilah aspek posisional dari keselamatan kita. Ef: ayat 4 : di dalam Kristus, kita kudus dan tidak bercacat. Allah Bapa melihat kita di dalam Kristus. Ef: ayat 5: “Dalam kasih, Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya.
Maka “Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan”(Ef 1:3-4)
(1) Ingatlah bahwa Kristus telah ada sebelum dunia dijadikan, bahkan Ialah yang menyebabkan segala sesuatu ada (Yoh 1:3, “. . .segala sesuatu dijadikan oleh Dia”).
(2) Tekanan di sini, adalah “di dalam Dia” (Kristus). Jadi, “di dalam Kristus,” keselamatan itu cukup bagi semua orang (sufficiency).
(3) Tetapi keselamatan yang cukup/sufficient di dalam Kristus itu, hanya menjadi effisient (berlaku) bagi seseorang, apabila orang itu menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan-nya (Ef 1:13-14; 2:8-10).

Karena itu, kita menolak pandangan “universalisme” yang mengatakan, bahwa semua orang pasti selamat, karena Allah “telah memilih” semua orang sebelum dunia dijadikan.

Karena kita dipilih di dalam Kristus, kita memiliki kepastian keselamatan :
(1) Kita telah menjadi anak-anak Allah dan memiliki keselamatan yang kekal (Yoh 1:12; 3:16; Ef 1:13-14, dll.)
(2) Kita tidak dihukum : Roma 8:1, Tidak ada penghukuman bagi orang di dalam Kristus Yesus.”
(3) Kita tidak dapat dirampas dari tangan Bapa (Yoh 10:27-30)
(4) Kita tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah yang ada di dalam Kristus (Rom 8:37-39).
Walaupun demikian kita mempunyai tanggung jawab moral untuk hidup sesuai dengan posisi kita di dalam Kristus. Itulah dimensi yang kedua

2. PENGUDUSAN (SANCTIFICATION)
Dalam dimensi progresif ini kita yang sudah lahir baru DIBEBASKAN DARI KUASA DOSA secara terus menerus sampai keserupaan dengan Kristus terjadi.
Dimensi Progresif dalam keselamatan ini, orang percaya masuk dalam proses yang secara terus menerus mengalami pembaruan budi dari hari ke sehari (Yun. metanoia- Rom 12:1-2). Ini yang sering disebut sebagai transformasi, yaitu suatu proses pengudusan yang harus terus mengalami kemajuan (progres). Perilaku yang mengalami pembaruan yang sebelumnya mengandalkan kekuatan manusiawi, tetapi tahap demi tahap mengalami perubahan ke arah perilaku hidup yang dikendalikan oleh kekuatan Roh Kudus yang bekerja secara aktif memimpin dan menguasai orang tersebut, dimana Roh Kudus memberi energi (Yun Energos- Flp 2:13) kepada orang tersebut untuk memampukan mentaati firman Tuhan.

Posisi/kedudukan kita yang begitu tinggi (orang Kudus/orang yang dibenarkan dalam Kristus). Menuntut tanggung jawab yang tidak ringan: Kita harus hidup kudus. Dalam hal ini ada dua ekstrim: Yudaisme yang cenderung legalistik dan Antinomianisme yang cenderung mau hidup bebas, mengabaikan hukum-hukum.

Karena itu, orang Kristen tidak boleh hidup secara ceroboh di dalam dunia ini. Justru karena kita sudah diselamatkan, kita harus hidup berpadanan dengan posisi kita, sebagai orang-orang yang telah diselamatkan (Ef 4:1).

Bagaimana kita hidup sekarang ini dan di sini, itulah yang penting. Dimensi kekinian ini merupakan dimensi progresif di dalam kehidupan Kristen kita. Artinya harus ada kemajuan di dalam hidup kita. Kita harus hidup sebagai anak-anak terang (Ef 5:1-21)
Oleh karenanya dimensi ini disebut juga sebagai dimensi pengudusan (I Ptr 1:14-16). Persoalannya, bagaimana kita hidup kudus, padahal dunia ini penuh dengan kebobrokan /kegelapan? Dalam tataran praktis (artinya dalam praktek kehidupan kita sehari-hari), apakah artinya “menjadi suci. . .”?
Secara spiritual : kita eksklusif – kita harus berbeda dengan orang lain (Yoh 17:14-16).
Secara sosiokultural : kita harus inklusif, berada di tengah-tengah masyarakat sebagai garam dan terang (Mat 5:13-16).

Bagaimanakah kalau orang Kristen jatuh ke dalam dosa? Dalam hal ini, kita harus membedakan dua hal :
(1) Hubungan/Relationship: tetap (cf. Rom 8:37-38, dll.)
(2) Persekutuan/Fellowship: terganggu (baca: I Yoh 1:5-10, khususnya ayat 9).

Tiga aspek dalam pengakuan dosa, adalah : (1) pengakuan (2) kehancuran hati (3) berbalik dari dosa kita.

Apakah itu berarti, bahwa kita dapat saja jatuh bangun, terus-menerus di dalam kehidupan Kristen kita? Sekali-kali tidak ! Karena sifat dari pengudusan (senctification) adalah progres, harus mengalami peningkatan dari hari ke sehari sampai keserupaan dengan Kristus menjadi nyata.

3. PEMULIAAN (GLORIFICATION)
Dalam dimensi ini kita DIBEBASKAN DARI KEHADIRAN DOSA. Hal ini akan dialami oleh setiap orang percaya ketika telah diangkat (rapture- 1 Tes 4:16-17) atau ketika hidup bersama Kristus di firdaus.
Paulus menulis dalam Roma 6:1-4, bahwa orang Kristen harus hidup dalam kehidupan yang baru. Hidup di dalam kehidupan yang baru tersebut tidak dihasilkan oleh tekad kedagingan untuk berkenan kepada Tuhan, seperti dalam Yudaisme yang ekstrim—bukan juga dengan cara mengabaikan hukum-hukum Tuhan seperti dalam Antinomianisme yang menyalahgunakan kasih dan kesabaran Allah; tetapi melalui ketaatan yang tulus, ketaatan yang berdasarkan kasih, ketaatan di atas landasan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Setelah ilustrasi yang panjang melalui tokoh-tokoh iman dalam Ibrani pasal 11, penulis surat Ibrani mengajak kita untuk bertekun dalam iman (Ibr 12:1-2). Iman mempunyai dimensi kekekalan: melalui ketekunan kita akan sampai ke dalam kemuliaan (Rom 8:17; 29-30).

APOLOGETIKA TENTANG KEPASTIAN KESELAMATAN:

Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. (1 Ptr 3:15-16).

Alasan bahwa Keselamatan itu pasti bagi kita yang sudah lahir baru adalah:
(1) Yesus sudah masuk ke dalam hidup kita (Why 3:20)
(2) Kita menjadi ciptaan baru (1 Kor 5:17)
(3) Dosa masa lalu, sekarang dan yang akan datang sudah diampuni. Sebab kalau hanya dosa masa lalu dan dosa masa sekarang yang diampuni, kita tidak selamat. Jika kita mengaku dosa (1 Yoh 1:9) tidak menambahkan pengampunan dosa, tetapi meneguhkan kembali iman kita terhadap karya penebusan Kristus melalui darahNya di kayu salib.
(4) Hubungan yang baru sudah diciptakan antara kita dan Allah (Yoh 1:12).
(5) Kita tidak bisa dipisahkan dari Tuhan (Mat 19:29; Yoh 3:16; 5:24; 6:40, 47; 10:28; 17:2-3). Hidup kekal artinya benar-benar hidup selamanya (eternal life, Yun. Zoe-aionios).

Contoh penggunaan kata “sementara” dan “kekal”

Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah SEMENTARA, sedangkan yang tak kelihatan adalah KEKAL (2 Kor 4:18).

“Sementara” diterjemahkan dari kata Yunani “proskairos” = temporal
“Kekal” diterjemahkan dari kata Yunani “aionios” = abadi/kekal

tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang ABADI, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman –(Rm 16:26).

Untuk mendeskripsikan tentang kekekalan Tuhan (1 Tim 6:16; 1 Ptr 5:10; Ibr 4:14).
banyak kata lain yang dapat Yesus pakai kalau kekal itu artinya bukan kekal.

Contoh pemakaian kata “kekal,” Yesus mendeskripsikan hukuman kekal memakai kata Yunani “aionios (Mat 25:46), artinya selama-lamanya (forever). Kalau yang hidup kekal tidak benar-benar kekal artinya orang masih bisa kehilangan keselamatannya. Dengan alasan yang sama orang yang masuk neraka (kekal) masih bisa diselamatkan. Tentunya hal ini bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab.

Lihat janji Tuhan dalam ayat-ayat berikut ini:
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibr 3:5)

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. (Yoh 6:37).

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. (Yoh 10:27-28).

Rabu, 23 Januari 2008

Foto Trip To Holyland

Di depan Coptic Museum di Mesir
Perjalanan rohani ke Tanah Suci melalui Mesir menuju Israel merupakan napak tilas perjalanan umat Israel yang keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan dipimpin oleh Musa.
Perjalanan kami dalam satu rombongan berjumlah 27 orang plus awak Bus dan pemandu wisata. Ditempuh melalui jalan tol melintasi padang gurun dengan kendaraan Bus Pariwisata Mesir mampir di penginapan San Caterine di kaki gunung Sinai, melalui Mara lalu masuk melalui Terusan Suez, jika bus terus melaju memerlukan waktu sekitar 4 jam. Tidak sebanding dengan waktu 40 tahun yang dialami umat Israel sekitar 4.000 tahun yang lalu. Memang bisa dibayangkan jika mereka pernah bersungut-sungut, karena mereka tidak melintasi padang gurun dengan kendaraan Bus seperti sekarang, tetapi dengan berkemah dan berjalan kaki. Dalam perjalanan itu penuh pergumulan berat, serta berbagai pengalaman pahit maupun pengalaman yang luar biasa dengan Tuhan. Bukan saja tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari, tetapi juga berbagai mujizat yang menakjubkan acap kali terjadi selama perjalanan mereka.
Perjalanan panjang selama 40 tahun yang merupakan satu generasi, tidak langsung dari Mesir bagian utara dan masuk tanah Kanaan bagian selatan, tetapi melalui pimpinan Musa diputar oleh Tuhan menjelajahi padang gurun sebelah timur sungai Yordan melintasi gunung Nebo di wilayah Moab yang melelahkan. Dan sebagian besar mereka mati di padang gurun karena mereka melakukan 5 dosa di hadapan Tuhan, yaitu: menginginkan hal-hal yang jahat, menyembah berhala, percabulan sehingga dalam satu hari 23.000 orang di antara mereka tewas, mereka mencobai Tuhan sehingga mereka mati dipagut ular, mereka bersungut-sungut sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut (1 Kor 10:6-10).
Generasi pertama telah memalui perjalanan panjang di padang gurun, implisit Allah telah mencuci otak mereka dari kebiasaan dosa, terutama kebiasaan menyembah berhala seperti yang dilakukan oleh masyarakat Mesir waktu itu yang sudah barang tentu mempengaruhi pola ibadah umat Israel. Lalu Yosua dipanggil untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan dari Musa untuk memimpin perjalanan umat Allah dari generasi baru memasuki tanah Perjanjian.
Inilah yang mengispirasi saya tentang kemimpinan rohani masa kini. Setidaknya ada 3 kualifikasi pemimpin yang sedang bertumbuh dari kepemimpinan posisi kepada kepemimpinan pengaruh, yaitu Pengenalan akan Allah melalui Firman-Nya, Kepribadian yang kuat (karakter Kristus), dan Membangun hubungan antar sesama.

Selasa, 15 Januari 2008

Bahaya Terselubung

Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) adalah paham universal yang berbasis anthroposentris (berpusat pada kekuatan pikiran manusia). Paham ini bertentangan dengan iman Kristen yang Theosentris (berpusat pada kekuatan Tuhan berdasarkan iman). Namun demikian paham ini telah mewabah di dunia usaha, dunia pendidikan dan telah mempengaruhi bermacam-macam sistem kepercayaan di dunia, termasuk iman Kristen.

New Age Movement telah menginspirasi para tokohnya untuk menghadirkan karya tulis dengan aneka judul dan telah terpampang di rak-rak toko-toko buku terkemuka di Indonesia. Di Amerika Serikat para pakar “The Secret” tampil memukau banyak orang terlihat di layar kaca sebuah stasiun televisi, ketika menyiarkan ulang sebuah acara talkshow yang terkenal di seluruh dunia. Mereka bersaksi tentang berbagai pengalaman supranatural terkait dengan terobosan kesehatan, ekonomi dan pemulihan hidup yang telah dialami oleh banyak orang. Kita hampir-hampir tidak bisa membedakan mana New Age Movement dan mana Iman Kristen. Bahkan terlihat banyak sekali orang Kristen yang ikut di dalamnya. Kita juga bisa terperangkap pada jebakannya, kalau kita tidak berakar pada Firman Tuhan dengan tafsir yang tepat.

Paham ini nampaknya tidak bertentangan dengan iman Kristen, tetapi menggeser nilai-nilai iman itu. Inti dari pergeserannya ialah dari IMAN kepada VISUALISASI. Contohnya, kalau Anda ingin memiliki mobil, Anda harus membayangkan merknya, bentuknya, warna catnya. Bayangkan terus kalau perlu difoto atau digambar dan diletakkan pada tempat-tempat strategis seperti monitor computer Anda, di ruang-ruang tertentu di rumah Anda, sehingga sambil lalu atau sambil duduk diam Anda bisa melihatnya dan membayangkannya dengan jelas. Maka lambat laun iman dan pengharapan kepada Tuhan bergeser ke arah mengandalkan kekuatan manusiawi yang merupakan kekuatan imajinatif dari diri sendiri. Padahal jelas dalam Alkitab tertulis: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN."(Yeremia 17:5).

Kini Gerakan Zaman Baru telah melahirkan paham Teologi Sukses di kalangan Kristen dengan slogan menarik: “Kalau Anda menjadi pengikut Yesus Anda harus menjadi sehat, sukses dan kaya, kalau tidak, maka ada yang salah dengan iman Kristen Anda.”

Perhatikan kutipan di bawah ini:
Para penginjil penganjur Teologi Sukses biasanya mengucapkan slogan-slogan kemakmuran seperti berikut:

“Kalau Mafia bisa naik mobil Lincoln Continental, mengapa anak-anak Raja tidak?” (Fred Price)

“Allah menghendaki anak-anak-Nya makan makanan terbaik, berpakaian pakaian terbaik, mengendarai mobil yang terbaik, dan menghendaki mereka untuk memperoleh segala sesuatu yang terbaik.” (Kenneth Hagin)

“Saya melihat bahwa Tuhan menghendaki kita kaya. Sebab itu saya mulai mengkotbahkan kekayaan orang Kristen. Saya memberitahukan orang-orang bahwa Tuhan menginginkan mereka menjadi kaya melalui iman mereka.” (Oral Roberts)

“Tuhan menghendaki Anda menjadi makmur dalam segala kehidupan Anda. Apakah Anda sudah siap untuk hidup makmur? Apakah Anda butuh hidup makmur? Maka hendaklah Anda hidup makmur.” (Edwin Louise Cole)

“Saya tidak membutuhkan emas di sorga, saya mesti memilikinya sekarang.” (Benny Hinn).

Bandingkanlah ini dengan isi Alkitab:

“Janganlah kamu mengumpulkan harta dibumi, di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkan hartamu di sorga, di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena dimana hartamu berada disitu juga hatimu berada.” (Matius 6:19-21)
“… mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan adalah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:9-10).

Kalau begitu, tidak bolehkah pengikut Kristus mencari uang dan menjadi kaya?

Firman Tuhan tidak melarang orang menjadi kaya, malah perumpamaan talenta menganjurkan orang bekerja lelah untuk melipatgandakan modalnya. Namun, janganlah kekayaan dianggap sebagai sejajar dengan iman dan kemiskinan sebagai lawan dari iman. Banyak umat Kristen yang taat tetap miskin sekalipun mereka bekerja keras, karena mereka menghindari dan tidak mau terlibat suap-menyuap dalam mengejar harta. Tidak ada salahnya umat Kristen memiliki harta kekayaan dan hidup makmur, tetapi harta kekayaannya itu harus disyukuri sebagai pemberian Allah untuk disalurkan dalam menolong sesama kita.

“Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yohanes 3:17). (YABINA ministry www.yabina.org. Slogan Teologi Sukses, Artikel 8, 2006).

Dimana bahayanya pengaruh teologi sukses yang diilhami oleh New Age Movement tersebut terhadap iman Kristen? Untuk mengerti secara sederhana mari kita lihat analogi berikut ini:

Ada lelucon mengenai kucing dan anjing yang melukiskan perbedaan mereka dengan sangat baik.

Anjing berkata, “Kau mengelusku, kau memberiku makan, kau memberiku tempat tinggal, kau mengasihiku, engkau pasti Allah.”

Kucing berkata, “kau mengelusku, keu memberiku makan, kau memberikan tempat, kau mengasihiku, aku pasti Allah.” (Bob Sjongren & Gerald Robinson, Teologi Kucing & Anjing, Universal Glory, cover belakang. 2006).

Melalui analogi ini kita diajak untuk mengintrospeksi hubungan kita dengan Allah. Sikap anjing dan kucing ini menggambarkan sikap teologis yang kita miliki dalam cara pandang kita terhadap Allah dan hubungan kita dengan-Nya.

Sikap anjing menggambarkan sikap kita yang menjadikan Allah dalam Kristus Penguasa Tunggal, yang menyelamatkan dan memelihara hidup kita, sehingga apapun yang kita pinta dan nikmati harus mengadung kerinduan untuk memuliakan Allah.
Sementara sikap kucing menjadikan Kristus pembantu kita yang setia, yang bersedia mengabulkan apa saja yang kita pinta termasuk kekayaan materi dan impian-impian yang lain, tanpa mempertimbangkan apakah memuliakan Allah atau tidak. Dan lambat laun kita merasa menjadi allah-allah kecil (little gods), yang menentukan sendiri tujuan hidup kita dan mengabaikan tujuan Allah dalam hidup kita.

Jadi bahaya pengaruh teologi sukses yang diilhami oleh paham new age movement jelas akan menggeser kita dari iman yang mengutamakan dan mengandalkan Tuhan (Theosentris) menjadi mengutamakan diri manusia dan mengandalkan pikiran manusiawi (anhtroposentris).

Sabtu, 12 Januari 2008

Dampak Ajaran Sesat Terhadap Pemberitaan Injil

Sebagai orang percaya kita harus memberikan respons positif terhadap tema transformasi, yaitu karya penebusan Tuhan Yesus di dunia ini, yang menghendaki agar semua orang diselamatkan (I Tim 2:4) untuk selanjutnya mengalami pembaruan budi sampai keserupaan dengan Kristus menjadi nyata (Roma 12:2). Tetapi di lain pihak kita harus mengkritisi adanya perkembangan yang tidak sehat menyangkut ajaran sesat yang bersifat fluralistik, yang berpandangan bahwa untuk mewujudkan penghormatan antar umat beragama, kita tidak perlu memberitakan Injil kepada orang yang sudah beragama. Sekilas pandangan ini bersahabat dan toleran, tetapi bertentangan dengan Amanat Agung Tuhan Yesus, agar kita pergi memberitakan Injil (Mat 28:19-20; Mrk 16: 15-16; Luk 24:47-49; Yoh 20:21-22; Kis 1:4,8).

Ajaran Sesat
Firman Allah (Alkitab kanonik) tidak pernah menyetujui ajaran sesat yang secara tidak langsung berpandangan bahwa “masalah dosa masih bisa diselesaikan setelah kematian manusia.” Ada ajaran yang mengatakan:

“Tuhan melarang kita minta petunjuk kepada arwah, menunjukkan bahwa praktek itu sebenarnya dapat dilakukan. Minta petunjuk kepada arwah memang dilarang oleh Tuhan, tetapi tidak menjadi masalah bila kita memberi petunjuk atau memerintah kepada arwah.” Ajaran ini hendak menyatakan bahwa orang percaya dapat memberitakan Injil kepada roh-roh orang mati yang diam di Hades. Firman Tuhan yang dipakai untuk menjelaskan ajaran itu ialah : 1 Pet 3:19-20 dan 1 Pet 4:6, dengan penafsiran: “1. Roh Yesus turun ke Hades dan memberitakan Injil kepada roh-roh orang mati yang diam di Hades,” “2. Petrus menyatakan bahwa orang mati di alam roh dapat bertobat dan hidup dalam keadaan berkenan kepada Allah walaupun mereka sudah berada di alam maut (1 Pet 4:6). Allah bersikap adil terhadap semua orang, maka Allah juga memberi kesempatan kepada orang mati untuk mendengar Injil, supaya kepada mereka diberi kesempatan agar dapat hidup menurut kehendak Allah walaupun sudah tidak memiliki badan wadag, artinya hidup dalam keadaan roh di dunia orang mati.”

Ajaran Alkitab
Untuk mendapat arti yang paling tepat, paling tidak kita harus memperhatikan terjemahan lain atau mengamati dengan menggunakan struktur tata bahasa yang benar. Untuk itu perhatikan penuturan berikut ini :

“Kalau kita pelajari ayat 1 Pt 3:19-20 di dalam terjemahan bahasa Inggris di KJV, maka kita akan mendapat pengertian yang jauh berbeda dengan jika kita baca di dalam terjemahan bahasa Indonesia.

1 Peter 3:19-20
By which also he went and preached unto the spirits in prison; 20. Which sometime were disobedient, when once the longsuffering of God waited in the days of Noah, while the ark was a preparing, wherein few, that is, eight souls were seved by water.

Kalau kita perhatikan di ayat 19, kata GOSPEL atau INJIL sama sekali tidak ada. Dan di ayat 20, kalimat YAITU ROH-ROH MEREKA juga sama sekali tidak ada. Jadi kalau ayat-ayat di atas kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sesuai dengan terjemahan bahasa Inggrisnya di KJV :

1 Ptr. 3:19-20 “Dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memproklamasikan kepada roh-roh di penjara, 20. Yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, dimana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.”

Istilah roh tanpa penjelasan apa-apa berarti mahluk roh. Juga kalimat YAITU ROH-ROH MEREKA memberi kesan seolah-olah yang dimaksud ialah roh manusia yang mati pada zaman Nuh. Karena kalimat itu sebenarnya tidak ada, maka yang dimaksud di ayat-ayat 19 dan 20 ialah mahluk-mahluk roh, yaitu para malaikat jatuh yang melakukan dosa seks di zaman Nuh dan oleh Tuhan dipenjarakan di dalam Tartaros (Kej 6:2,4; 2 Ptr. 2:4; Yud ………
Kepada para malaikat jatuh yang dipenjarakan di Tartaros itulah Tuhan Yesus memproklamirkan kemenangan-Nya atas Iblis dan Kerajaan gelap.
Jadi 1 Ptr. 3:19-20 sama sekali tidak membicarakan tentang penginjilan kepada roh-roh orang mati yang diam di Hades.
Roh Yesus juga masuk ke Hades untuk membayar sengsara maut yang harus dialami orang berdosa yang mau percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatnya ketika mati rohnya tidak ke Hades, tetapi langsung ke sorga (Kis 2:24,31; 2 Kor 5:8; Flp 1:21-24; Ibr 12:23; Why 6:9-11; 1 Tes 4:14).
Tuhan Yesus juga masuk ke Pangkuan Abraham untuk membebaskan semua roh-roh orang benar sejak Habel sampai saat itu dan dibawa ke sorga ketika Yesus naik ke sorga empat puluh hari sesudah kebangkitan-Nya (Ef 4:8-10).”

Dampak negatif ajaran sesat tersebut di atas terhadap Pemberitaan Injil :

1. Orang percaya Muratorium (berhenti memberitakan Injil), melepaskan diri dari tanggung jawabnya, karena bisa dikerjakan setelah seseorang meninggal dunia, dan tidak usah mengambil resiko sosial. Ini bukan saja preseden buruk bagi pemberitaan Injil, tetapi merupakan kontra-produktif terhadap gerakan Allah yang disebut trasformasi global.

2. Orang percaya akan terjebak pada gerakan perdukunan kristen (parsanormal berkedok kristen): “memanggil arwah leluhur untuk diinjili”. Aman bukan ? Tidak perlu repot-repot belajar kultur, sosial dsb. agar dapat memberitakan Injil.

3. Orang percaya akan salah berdoa; bukan untuk gerakan transformasi, tetapi mengembalikan tanggung jawab (Mandat pembaruan) kepada Tuhan, padahal sudah didelegasikan kepada orang percaya dengan janji penyertaan-Nya. (Mat 28:20).

4. Kurang lebihnya orang percaya akan mengingkari hakekatnya sebagai gereja Tuhan yang mengemban mandat kembar, yaitu mandat pembangunan dan mandat pembaruan dengan dasar Amanat Agung Tuhan Yesus (Mat 28:19-20).

Kesimpulan :
Jadi ajaran sesat khususnya tentang penginjilan kepada roh-roh orang mati akan berdampak lansung bagi orang percaya yang belum memahami hakekat kesaksian (marturia), dan membuat orang percaya merasa aman sekalipun tidak pernah memberitakan Injil.


Referensi:
1. Andreas Samudra, Dunia Orang Mati, Revival Total Ministry, 1998.
2. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), tt.
3. The Bible, King Jims Version (KJV). tt.

Jumat, 11 Januari 2008

Memahami Mujizat yang Tak Dapat Dipahami

MUJIZAT

Sekarang banyak “orang Kristen” yang merasa kecewa dan ragu-ragu tentang mujizat di dalam gereja Tuhan. Mereka bertanya-tanya “Apakah masih ada mujizat di dalam gereja Tuhan?” Mereka mengingini mujizat yang kelihatan atau yang bisa dirasakan dengan nyata di dalam diri mereka atau melihat dengan mata kepala sendiri mujizat terjadi pada orang lain. Sebenarnya mereka sudah mengalami mujizat, tetapi tidak menyadarinya. Karena pada umumnya pandangan tentang mujizat hanya yang berkaitan dengan perubahan fisik (mujizat itu diartikan secara sempit), seperti : orang buta melihat, orang tuli mendengar, penyembuhan orang kusta, orang lumpuh berjalan, kebangkitan orang mati dsb. Mereka lupa bahwa peristiwa kelahiran baru dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus Kristus merupakan mujizat yang luar biasa, ketika itulah mereka langsung masuk ke DUNIA MUJIZAT, karena mereka langsung dipindahkan dari Kerajaan Kegelapan ke dalam Kerajaan Terang (Kol 1:1:13; 1 Ptr. 2:9), sehingga semuanya menjadi baru (2 Kor 5:17).

Dunia di sekitar kita masih tetap sama. Masalah-masalah yang kita hadapi masih sama. Tetapi PANDANGAN kita atas dunia ini sudah menjadi LAIN SAMA SEKALI. Motivasi hidup dan bekerja telah menjadi baru, karena kita mengerti bahwa DI DALAM YESUS :
1. Kita telah dilepaskan dari maut, dilepaskan dari dosa, dilepaskan dari cengkeraman Iblis (Kol 1:13; Ibr 2:14,15).
2. Kita mendapat kemampuam untuk mentaati firman-Nya sehingga mampu hidup di dalam kebenaran (Rm 6:18,22)
3. Kita mampu mengampuni dan memberkati orang yang bersalah kepada kita dan bahkan yang menganiaya kita (Luk 627-29).

Tujuan hidup kita mengarah ke sorga dan bukan lagi ke neraka. Hidup kekal bersama Allah telah mengalir ke dalam manusia batiniah kita, yaitu roh dan jiwa kita dan membawa damai sejahtera dan sukacita yang luar biasa (1 Ptr. 1:8; Rm. 14:17). Di dalam Yesus kita telah dan sedang mengalami trasformasi, inilah MUJIZAT YANG LUAR BIASA.

Kita harus mengerti bahwa mujizat penyembuhan ilahi (orang buta melihat, orang bisu mendengar, orang lumpuh berjalan, sakit kusta tahir, sakit kanker sembuh, orang mati bangkit dan sebagainya adalah tanda-tanda yang menyertai pemberitaan Injil (Mat 11:5; Mrk. 16:15-18). Jika kita ingin mujizat-mujizat itu terjadi segera, maka kita jangan hanya berdoa dan berharap tetapi kita harus segera memberitakan Injil.

Kita mengerti bahwa mujizat dan perkara-perkara supranatural bisa terjadi oleh kuasa Allah tetapi juga oleh kuasa kegelapan (Kel 7:11-12).

Mujizat Allah tidak diberikan untuk demonstrasi atas kehendak sendiri atau kehendak seseorang. Mujizat Allah terjadi atas kehendak Allah sendiri oleh kuasa Roh Kudus untuk maksud Allah yang tertentu bagi kemuliaan dan kehormatan nama-Nya. Kalau Iblis minta Tuhan Yesus mengadakan mujizat supaya batu dijadikan roti , maka Tuhan Yesus tidak melaksanakannya (Mat 4:3,4). Tetapi kalau ribuan pengikut-Nya lapar, dengan 5 ketol roti dan 2 ekor ikan Ia telah mengadakan mujizat pertambahan roti dan ikan sehingga ribuan orang dapat makan dengan kenyang dan bahkan masih banyak sisanya (Mat. 14:13-21; 15:32-39).

Jadi, mujizat diadakan atas KEHENDAK Tuhan sendiri pada WAKTUNYA, bukan atas permintaan Iblis, hamba-hamba Iblis atau kedagingan seseorang.

Mujizat yang dilakukan oleh Iblis dan hamba-hambanya dalam okultisme, spiritisme, hipnotisme dan pekerjaan kuasa gelap lainnya bertujuan untuk mencari uang dan popularitas bagi dirinya sendiri. BUKAN untuk kemuliaan dan kehormatan nama Allah. Mereka melakukan atas KEHENDAK dan WAKTU yang mereka kehendaki. Dan kuasa kekgelapan MELAKUKANNYA SESUAI DENGAN PERMINTAAN MEREKA. Tetapi kuasa mujizat dari dunia kegelapan TERBATAS! Ketika orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir masing-masing melemparkan tongkat mereka dengan mantra, tongkat-tongkat itu juga menjadi ular, tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat mereka (Kel. 7:11,12).

Kuasa Allah jauh lebih besar dari kuasa dunia kegelapan. Nabi palsu yang akan datang mengadakan tanda-tanda ajaib yang dasyat, bahkan menurunkan api dari langit di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata Antikris (2 Tes 2:9-10; Why 13:13,14). Mujizat yang dilakukan oleh kuasa kegelapan hanya untuk menyesatkan umat manusia!

Sebagai orang percaya, janganlah kita hanya terpesona dan terpukau oleh mujizat yang dialami orang lain. Kalau hidup kita berkenan di hadapan Allah, dengan sendirinya kita akan mengalami mujizat demi mujizat YANG DARI TUHAN di dalam dan melalui hidu kita.

Bagaimana kita sebagai orang percaya bisa MENGALAMI mujizat Allah di dalam kehidupan kita?

Jawabannya: Kita harus melekat kepada Tuhan, seperti ranting yang tinggal pada pokok anggur sehingga berbuah banyak (Yoh 15:4-8). Kita akan bisa mengalami dan menyadari mujizat-mujizat Allah terjadi di dalam setiap segi kehidupan kita.

Apa yang harus kita lakukan ?

Jawabannya Membaca, mempelajari, merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Praktekkan di dalam kehidupan kita sehari-hari (Mzm 1:1-3) sehingga :Ketika kita melakukan dosa sekecil apapun, Roh Kudus akan mengingatkan kita. Dan ketika kita bertobat dan minta pengampunan, Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yoh. 1:7,9). Kita mengerti bahwa kita harus hidup kudus dan benar di hadapan Allah dan hidup berdamai dengan semua orang (Rm 14:18; Ibr 12:14; Mat 6:14,15). Kita mengerti bahwa kejahatan harus dibalas dengan kebaikan ( Rm 14:17,21). Kita yang lebih rohani harus memimpin mereka yang kedapatan melakukan pelanggaran untuk kembali ke jalan yang benar, dan menjaga diri kita sendiri supaya jangan kena pencobaan (Gal 6:1; Yak 5:19,20). Kita harus saling menolong di dalam menanggung beban, dengan demikian kita melakukan hukum Kristus (Gal 6:2).

Apakah Pendeta/Hamba Tuhan sekarang ini masih dipakai Tuhan untuk melakukan mujizat?

Jawaban :Ya! Bahkan bukan saja Pendeta/Hamba Tuhan yang dipakai Tuihan. Tetapi SEMUA ORANG PERCAYA masih dipakai Tuhan untuk melakukan mujizat (Mrk 16:17,18). Dan bahkan sampai kedatangan Tuhan Yesus, orang percaya tidak kekurangan dalam suatu karuniapun juga (1 Kor 1:7). Tuhan yesus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8). Tuhan itu menopang pemberitaan Injil dengan tanda-tanda mujizat (Mrk 16:15,17,18, 20) Jadi selama Injil diberitakan Tuhan akan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda ajaib.

Kamis, 20 Desember 2007

Firman yang menjadi Manusia

Lupakan dulu soal "bakar kapal", sekarang renungkan sejenak esensi natal yang agung. Firman telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.

Berita Natal tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan esensinya. Alkitab bukan buku sejarah, tetapi mencatat peristiwa natal sebagai puncak dari pewahyuan Allah tentang janji-Nya akan Mesias, Juruselamat manusia berdosa. Natal jangan dimaknai dengan sekedar ritual atau perayaan-perayaan yang terkesan glamor, tetapi mari kita temukan esensinya dengan hati yang jernih dan pikiran yang tertuju kepada kebenaran alkitab. Rasul Yohanes menulis kisah Natal dengan gaya bahasa yang berbeda dibanding Injil sinoptis (Matius, Markus dan Lukas) . Ia membuka dengan kalimat “Pada mulanya adalah Firman…..”. Kalimat ini memiliki makna mendalam tentang Firman yang menjadi Manusia.

Yohanes mengawali Injilnya dengan menyebut Yesus “Firman itu” (Yun. Logos). Dengan menggunakan istilah ini bagi Kristus, Yohanes memeperkenalkan-Nya sebagai Sabda Allah yang pribadi dan menunjukkan bahwa pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada manusia melalui Anak-Nya (Ibrani 1:1-3).

Kemudian Yohanes juga menulis “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14).

Yohanes 1:1-14 adalah ayat-ayat yang sungguh agung dan padat makna bagi kehidupan Kristen yang sedang bertumbuh ke arah kedewasaan dalam Kristus.

MAKNA FIRMAN MENJADI MANUSIA

“Firman itu telah menjadi manusia…….sebagai Anak Tunggal Bapa,” (Yoh 1:14a)
Istilah “Anak Tunggal Bapa” (Yun. monogenes para pater) artinya yang satu-satunya dari Bapa (Yoh 1:14,18), maksudnya: Firman Allah yang sejak kekal bersama dengan Allah (Yoh 1:1,3) telah menjadi manusia dan inilah puncak pewahyuan/penyataan Allah.

Catatan Bambang Noersena demikian,“Mar Philoxenos al Manbuj (458 M) seorang theolog Gereja Ortodoks Syria: “Ia yang (sebagai Firman Allah) lahir dari Sang Bapa secara ilahi tanpa jasad, adalah Ia yang (dalam nuzul-Nya ke dunia) lahir secara jasad dari seorang perawan tanpa bapa.”
Apabila Firman Allah telah manjadi manusia, lalu apa makna kitab suci (Alkitab) bagi orang Kristen? “Kitab suci adalah kesaksian rasuli tertulis tentang “yang telah kami lihat dengan mata, yang telah kami dengar, dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman Hidup, itulah yang telah kami tuliskan kepadamu.” (Noersena, Bambang, The History of Allah, p.122).

Jadi Firman yang menjadi Manusia Kristus ini sangat mendasar dalam iman Kristen. Jika dibandingkan dengan kitab suci agama-agama di dunia ini, akan terlihat bedanya.
Agama-agama di dunia pada umumnya memiliki kaidah: Sang Khalik berfirman kepada seseorang atau melalui malaikat kepada nabi atau orang suci kemudian ditulis menjadi kitab suci dan selamanya adalah kitab suci yang dijadikan pedoman, kaidah kehidupan bagi umat yang mempercayainya.

Dalam kekristenan Sang Khalik berfirman melalui malaikat Gabriel kepada sang perawan suci (Maria), "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita. (Mat 1:23). Kemudian Firman itu mengejawantah menjadi Manusia Yesus, Anak Tunggal Bapa, sekaligus merupakan penggenapan nubuatan nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, termasuk nabi besar Yesaya tentang hadirnya Sang Juruselamat dunia.

MAKNA FIRMAN YANG HIDUP DI DALAM DIRI KITA

“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,” (Yoh 1:14b).
Istilah “diam di antara kita,” memilki makna (Yun. Skene) yang artinya terlihat jelas dalam berdiam-Nya Allah dalam kemah terbenakel/Bait Allah pada zaman Musa atau setelah bait Allah didirikan di Yerusalem oleh Salomo. Oleh Yohanes dijelaskan dalam beberapa ayat sebagai berikut:

Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. (Why 7:15).

Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. (Why 21:3).

Ada beberapa dampak positif bagi hidup kita jika Firman Allah tinggal dalam diri kita, yaitu:

1. Kita Dimerdekakan dari Legalisme Agama yang Kaku.
Penggenapan ayat ini tentunya pada masa Kerajaan 1.000 tahun damai, tetapi secara konfiguratif berarti damai sejahtera di di hati setiap orang percaya di mana Roh Allah diam di dalamnya (1 Kor 6:19; Rom 14:17). Di ayat lain Rasul Yohanes menyatakan bahwa orang yang mengetahui kebenaran, maka kebenaran itu akan memerdekakan orang tersebut dan tidak lagi dikungkung oleh legalisme dan agamawi yang kaku, seperti kehidupan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat di masa Yesus mepayani di Yerusalem (Yoh 8:32).

2. Hidup kita Berbuah/Berdampak
Hubungan kita dengan Kristus digambarkan seperti pokok anggur dan rantingnya. Ranting yang melekat pada pokok anggur pasti berbuah, tetapi sebaliknya jika ranting itu tidak melekat pada pokok anggur, tidak akan berbuah, bahkan akan menjadi kereing.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (Yoh 15:4).

3. Doa kita dikabulkan oleh Bapa di Sorga
Setiap orang percaya yang tinggal di dalam Kristus dan Firman Allah tinggal di dalam dirinya, maka doanya akan dikabulkan oleh Bapa di sorga. “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yoh 15:7).

4. Hati kita akan memancarkan Kehidupan
Kalau Firman Allah mengkristal dalam hidup kita, maka akan mewujudkan karakter Kristus. Firman Tuhan itu bagai air hidup yang terus memancar keluar. “tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yoh 4:14). Dan terbukti perempuan Samaria yang menerima air hidup itu terus menjadi saksi yang efektif bagi orang-orang Samaria, tentang Kemesiasan Yesus. Hadiah Natal terbaik dari kita kepada Tuhan adalah keselamatan orang berdosa melalui kesaksian hidup kita.

Rabu, 12 Desember 2007

Blog-ku yang pertama

Menjelang natal dan akhir tahun merupakan hari-hari penting bagiku karena saatnya (1) Intropeksi: apakah karakter Kristus masih menjadi tujuan utama atau telah mengalami dekarakterisasi? (2) Evaluasi: mengevaluasi pekerjaan, ada prospek ke depan atau tidak, mengalami de-orientasi atau masih ada hubungannya dengan prioritas hidupku atau sudah menyimpang pada tujuan lain? (3) Selita: Setiap 5 tahun sekali aku harus melihat dari berbagai sisi pendukung, apakah organisasi/institusi yang menjadi wadah saya berkarya dan berkreasi masih mendukung mandat saya untuk mengobarkan discipleship movement yang sudah saya terima dari Sang Khalik sejak saya di bangku S1 Theologia, turut mengambil bagian dalam pelipat-gandaan murid Kristus, yang berbasis pada Teaching, Equiping, Coaching, dan Mentoring.

Telah mengalami pemikiran panjang, sebetulnya 3 tahun yang lalu Desember 2004, penasehat spiritualku, ia seorang yang memberi teladan ketika aku masih open minded terhadap pembentukan kepribadian dan memulai proses pembelajaran Theologi. Ia menjadi teladan dalam banyak hal, meski panggilan khususku terjadi ketika sebuah seminar "iman, rasio dan kebenaran" oleh Dr. Stephen Tong di kota Surabaya dalam session altarcall adalah momentnya.
Dalam dialog singkat padat itu aku mengungkap tentang keterlibatanku di departemen pengajaran dalam suatu gereja lokal. Lalu ia menasehatkan agar aku mengambil program S2. Aku mencoba untuk menguburnya selama lebih dari 2 tahun, tetapi dorongan dari nasehat itu justru semakin kuat terdengar di benakku. Dan ternyata aku menemukan jatidiri seorang pengajar adalah bagaimana cara belajar. Tidak ada cara yang lebih baik dari belajar formal, meski belajar non-formal tidak lebih buruk. Akhirnya aku harus mengambil keputusan di akhir tahun 2007 untuk kembali ke bangku kuliah sambil terus mengemban tugas equiping di sebuah pusat latihan Asean Integreted Mission Leadership yang didirikan oleh seorang yang bermimpi besar tentang misi di Asia.

konsekuensinya aku tidak bisa meneruskan tugas ku sebagai seorang worker di sebuah kantor gereja lokal di Bogor. Lalu selanjutnya bagaimana? .........