Rabu, 12 Desember 2007

Blog-ku yang pertama

Menjelang natal dan akhir tahun merupakan hari-hari penting bagiku karena saatnya (1) Intropeksi: apakah karakter Kristus masih menjadi tujuan utama atau telah mengalami dekarakterisasi? (2) Evaluasi: mengevaluasi pekerjaan, ada prospek ke depan atau tidak, mengalami de-orientasi atau masih ada hubungannya dengan prioritas hidupku atau sudah menyimpang pada tujuan lain? (3) Selita: Setiap 5 tahun sekali aku harus melihat dari berbagai sisi pendukung, apakah organisasi/institusi yang menjadi wadah saya berkarya dan berkreasi masih mendukung mandat saya untuk mengobarkan discipleship movement yang sudah saya terima dari Sang Khalik sejak saya di bangku S1 Theologia, turut mengambil bagian dalam pelipat-gandaan murid Kristus, yang berbasis pada Teaching, Equiping, Coaching, dan Mentoring.

Telah mengalami pemikiran panjang, sebetulnya 3 tahun yang lalu Desember 2004, penasehat spiritualku, ia seorang yang memberi teladan ketika aku masih open minded terhadap pembentukan kepribadian dan memulai proses pembelajaran Theologi. Ia menjadi teladan dalam banyak hal, meski panggilan khususku terjadi ketika sebuah seminar "iman, rasio dan kebenaran" oleh Dr. Stephen Tong di kota Surabaya dalam session altarcall adalah momentnya.
Dalam dialog singkat padat itu aku mengungkap tentang keterlibatanku di departemen pengajaran dalam suatu gereja lokal. Lalu ia menasehatkan agar aku mengambil program S2. Aku mencoba untuk menguburnya selama lebih dari 2 tahun, tetapi dorongan dari nasehat itu justru semakin kuat terdengar di benakku. Dan ternyata aku menemukan jatidiri seorang pengajar adalah bagaimana cara belajar. Tidak ada cara yang lebih baik dari belajar formal, meski belajar non-formal tidak lebih buruk. Akhirnya aku harus mengambil keputusan di akhir tahun 2007 untuk kembali ke bangku kuliah sambil terus mengemban tugas equiping di sebuah pusat latihan Asean Integreted Mission Leadership yang didirikan oleh seorang yang bermimpi besar tentang misi di Asia.

konsekuensinya aku tidak bisa meneruskan tugas ku sebagai seorang worker di sebuah kantor gereja lokal di Bogor. Lalu selanjutnya bagaimana? .........

6 komentar:

Unknown mengatakan...

Selanjutnya bagaimana ?....
Ya terserah anda... :-)
Maksudnya "bakar kapal" ? Ya jangan sampe ada orang yg ikut kebakar donk mas Tim...hehe...

Anyway good luck with your future dreams... God bless

locomotif mengatakan...

Hore...akhirnya ada Blog-nya Pak Tim. Posting terus yah pak dengan tulisan-tulisan yang berbobot!

Wahyudi Purnomo mengatakan...

"bakar kapal?" emangnya kapal siapa yang dibakar! maksudnya gini lho pak. Aku ngutip teori Napoleon: "kalau ia memimpin pasukan untuk masuk ke suatu pulau untuk menakhlukkan pulau itu, ia membakar kapal yang diakai untuk menyeberang ke pulau itu, sehingga hanya ada 2 kemungkinan win or lost." Jadi kapalku kubakar maksudnya rasa kemapananku dan kenyamananku, kubakar untuk meraih impian Tuhan yang lebih besar. Gitu lho."

Paul Tuanakotta mengatakan...

Lebih tepat kebakaran jenggot kali ...

God speed pak Tim... he he he...

Unknown mengatakan...

Bakar kapal...... gitu aja koq repot ??? yang enak sih bakar ikan atau bakar kambing gitu loh....

locomotif mengatakan...

Jadi acara bakar ikan atau kambingnya kapan? Ditunggu deh pengumumannya...hehehehehe